Faktabmr.Co, Boltim – Belakangan ini, terlihat adanya kebangkitan semangat gotong royong di Bolaang Mongondow Timur (Boltim), yang dikenal sebagai Tanah Matahari Pagi.
Gotong royong, sebagai warisan budaya bangsa, sebenarnya merupakan kekuatan yang perlu terus dipelihara di masyarakat.
Semangat ini mencerminkan kebersamaan dan saling membantu, mendorong kerjasama untuk mencapai tujuan bersama, serta menjadi bagian penting dari identitas nasional.
Gotong royong juga sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, terutama sila ketiga yang menekankan persatuan. Di masa lalu, semangat ini menjadi kunci dalam menghadapi tantangan, seperti saat perjuangan kemerdekaan.
Kini, gotong royong tetap relevan dalam menghadapi berbagai masalah, termasuk dampak modernisasi dan perkembangan teknologi.
Kerjasama dalam semangat gotong royong dapat menjadi solusi partisipatif dalam pembangunan, terutama di daerah seperti Boltim.
Tradisi gotong royong dikenal sebagai “Tonggina bo Koyow in Mogoguyang” dan dalam bahasa Mongondow disebut “Momosad,” yang telah diabadikan dalam logo Daerah Boltim.
Momosad seharusnya tercermin dalam perilaku dan budaya masyarakat, bukan hanya sebagai istilah atau slogan, melainkan sebagai cerminan karakter masyarakatnya.
Penting untuk menjaga tradisi ini agar tidak terkikis oleh gaya hidup individualistis yang dapat menyebabkan hilangnya rasa kemanusiaan akibat penyalahgunaan teknologi, yang pada akhirnya menurunkan kepedulian sosial dan mengabaikan lingkungan.
Oleh karena itu, gotong royong atau tradisi Momosad menghadapi tantangan distorsi sosial di era modern.
Meskipun semangat kebersamaan masih ada, individualisme dan kepentingan ekonomi seringkali mengikis nilai-nilai ini, menggeser fokus dari kepentingan bersama ke kepentingan pribadi atau memunculkan sikap pragmatis dalam berinteraksi.
Menyadari masalah ini, Bupati dan Wakil Bupati Boltim, Bapak Oskar Manoppo dan Bapak Argo Sumaiku, menjadikan semangat gotong royong atau Momosad sebagai landasan strategis pemerintahan dalam mewujudkan visi “Boltim Bangkit.”
Implementasi dimulai dari level pemerintahan dan masyarakat desa sebagai garda terdepan pembangunan.
Semangat ini telah diterapkan sejak masa kampanye, menjadi kekuatan akar rumput yang mengantarkan mereka terpilih.
Semoga semangat Momosad ini terus berkembang, tidak hanya sebagai simbol, tetapi menjadi tradisi dan budaya dalam pembangunan sosial, pemerintahan, dan kemasyarakatan, yang adaptif terhadap kearifan lokal dan mampu menyaring dampak modernisasi teknologi demi kemajuan peradaban Boltim. ( Drm )