Nasional, FaktaBMR.com – Nilai tukar rupiah Jumat (03/04) menguat terhadap dolar AS. Mengutip data Investing.com, rupiah ditutup naik 0,27% atau 45 poin di 16.425,0 per dolar AS USD/IDR dan kemarin sempat ditutup turun 0,15% di 16.475,0. Namun sejauh ini masih belum beranjak dari level 16.000.
Penguatan Rupiah hari Jumat (03/04) bersamaan dengan sederet mata uang Asia lain seperti dilaporkan Kontan. Mulai dari peso Filipina, ringgit Malaysia hingga baht Thailand. Rupee India jadi yang paling perkasa dengan menguat 0,41% di hadapan USD.
Sebaliknya, sejumlah mata uang Asia lain justru terkulai di hadapan dolar AS. Di antaranya yen Jepang, dolar Hong Kong, dolar Singapura, dolar Taiwan dan won korea Selatan.
Sementara itu ungkap Bisnis.com Jumat, Moody’s Investor Service menilai dalam laporannya yang terbit pada Kamis (2/4) bahwa nilai tukar rupiah rentan digoyahkan oleh faktor eksternal dan bisa memberikan tekanan sektor keuangan dan perekonomian Indonesia.
Berdasarkan catatan Moody’s, nilai tukar rupiah sudah terdepresiasi sebesar 20 persen terhadap dollar AS terhitung sejak awal Februari 2020. “Saat ini, nilai tukar rupiah berada di titik terendah terhitung sejak krisis finansial tahun 1998,” tulis Moody’s dalam laporannya.
Selain karena faktor gejolak pasar keuangan global serta twin deficit yakni defisit anggaran dan defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD), ketergantungan pasar modal Indonesia pada dana asing dari asing menyebabkan nilai tukar rupiah tertekan.
Depresiasi nilai tukar rupiah sangat nampak disebabkan oleh derasnya capital outflow pada Maret 2020. Moody’s mencatat secara rata-rata capital outflow pada Maret 2020 mencapai US$243 juta.
Senada, Asian Development Bank (ADB) dalam laporannya juga menyatakan bahwa Indonesia sangat rentan digoyahkan oleh sentimen asing karena CAD yang terus ditambal oleh aliran investasi portofolio.
Pada tahun ini, ADB memperkirakan CAD mencapai 2,9% dari PDB, sedangkan World Bank memperkirakan CAD akan mencapai 2,8% dari PDB.
(Sumber : Investing.com)