Menikmati Sup Tulang ‘Bulan Puasa’ Terminal Bonawang yang Legendaris

Kotamobagu, FaktaBMR.com – Berada tidak jauh dari batas kota Kotamobagu, Terminal Bonawang. Kurang dari sepuluh kedai makan berderet di sepanjang pintu keluar kendaraan terminal. Semuanya menyediakan beragam menu, mulai dari ayam tepung, aneka sea food, sayur mayur dan minuman, tertata rapi di lemari lauk. Meski demikian, ada menu andalan yang seolah wajib ada di kedai-kedai ini, Sup Tulang.

Salah satu pemilik kedai, Asep Potabuga (38), mengatakan tidak ada yang tahu pasti, sejak kapan kedai-kedai ini mulai berdiri. Yang pasti sudah puluhan tahun. Asep sendiri sudah merupakan generasi ketiga. Ia hanya tahu sejak kecil Sup Tulang fenomenal ini sudah ada seiring dengan hadirnya kedai.

“Sebenarnya, yang paling laris adalah sup tulang, terutama saat bulan puasa. Banyak orang berbondong membelinya untuk persiapan berbuka,” kata Asep.

Menurut Asep, salah satu alasan kenapa Sup Tulang terminal sangat populer, dikarenakan banyak orang datang berburu Sup Tulang di saat hampir semua kedai makan di Kotamobagu tutup siang hari.

“Kotamobagu yang mayoritas muslim memiliki aturan tersendiri saat bulan puasa. Misalnya dengan menutup kedai makan saat siang hari, untuk menghargai mereka yang puasa. Namun, karena Sup Tulang ini di kedai area terminal, maka tidak tutup. Barangkali karena pengunjungnya adalah penumpang yang mau atau yang telah berpergian jauh, semacam musafir,” jelas Asep.

Baca Juga : Imbas Covid-19, Sopir Angkot Keluhkan Sepi Penumpang

Saking terkenal keramaiannya saat puasa, lanjut Asep, sup tulang ini dinamakan “Sup Tulang Puasa” terminal Bonawang. “Saya juga tidak tahu pasti siapa yang pertama menamakan. Hanya saja pembeli kerap bilang begitu. Kalau kami penjual, menganggapnya sebagai berkah saja,” imbuh Asep.

Selain itu, harga jual sup tulang yang tergolong murah, juga turut mempengaruhi konsumen. Tak heran, meski ada banyak kedai makan, dan bukan pada bulan puasa, kedai-kedai ini selalu ramai. “Kan sesuai kantong. Untuk seporsi Sup Tulang hanya Rp. 15.000, sudah lengkap dengan nasi putih, jadi wajar saja,” tutup Asep.

Senada, salah satu pengunjung, Hartono Makalalag, (51), membenarkan apa yang dikatakan Asep. Cita rasa yang enak, porsi yang banyak, dan harga yang terjangkau adalah alasan kenapa Hartono sering berkunjung ke kedai terminal. “Satu-satunya alasan saya datang ke terminal hanyalah Sup Tulang, tidak ada yang lain lagi. Pokoknya dijamin tidak akan menyesal,” singkatnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *