Kotamobagu, FaktaBMR.com – DPC Partai Kebangkitan Bangsa Kota Kotamobagu, mengelar Pendidikan Politik melalui Dialog Interatif dengan tema Generasi Milenial di Tengah Ancaman Radikalisme, yang dilaksanakan di Hotel Dream Kotamobagu, Sabtu (28/12/2019).
Dalam acara tersebut hadir Wakil Walikota Kotamobagu Nayodo koerniawan, Ketua DPC PKB Kotamobagu Jusran Debby Mokolanot, Sekretaris DPC PKB Dani Iqbal Mokoginta, Pengurus DPW PKB Provinsi Sulut Syamsul Makalalag, mewakil Polres Kotamobagu AKP Alfrets L Tatuwo, Ketua Sinode GMIBM Pdt CH Raintama Pangulimang, Pitres Samboadile, Ustadz Usman Idrus.
Ketua DPC PKB Kotamobagu Jusran Debby Mokolanot, dalam sambutannya mengatakan generasi milenial harus menjadi yang terdepan untuk menangkal radikalisme yang kini menjadi ancaman nyata, sekaligus mencegah generasi milenial terpapar paham radikalisme.
“Oleh sebab itu dalam menentukan tema ini Pengurus tiga kali rapat karena banyak sekali yang harus di diskusikan dan dibahas agar menemukan formula dalam mengatasi penanganan ancaman radikalisme,” ujar Jusran.
Menurutnya, Seluruh Stakeholder juga harus bekerjasama dan senergitas dalam upaya ancaman radikalisme agar generasi milenial tidak tergurus oleh paham radikalisme, “jadi kegiatan ini diharapkan juga dapat menemukan formulasi yang bisa menjadi salah satu solusi pencegahan yang perlu ditumbuhkembangkan dikalangan milenial dalam penanganan bahaya ancaman radikalisme,” ungkapnya.
Baca Juga : Puskesmas Kotobangon Raih Akreditasi Tingkat Utama
Sementara, Wakil Walikota Kotamobagu Nayodo Koerniawan, menyampaikan Dialog Interatif ini merupakan wujud keterpanggilan Partai PKB Kotamobagu menyangkut ancaman bahaya seperti krisis iman, krisis kepercayaan serta ancaman radikalisme sehingga bisa membuat Dekadensi moral yakni adalah suatu kemerosotan moral yang terjadi disebabkan oleh faktor-faktor tertentu.
“Kemajuan teknologi juga merupakan salah satu pemicu perusak moral,” ujar Wawali.
Menurutnya, Semua pihak harus menyampaikan buah-buah pikiran agar bisa menepis ancaman radikalisme, “Pedekatan secara dekat kepada masyarakat, pendekatan secara budaya, pendekatan secara adat dan kebiasaan kepada masyarakat harus dilakukan bersama-sama agar masyarakat tidak terpapar paham radikalisme,” ungkapnya.