Tarsius, Satwa Langka Ditemukan di Kotamobagu

Kotamobagu, FaktaBMR.com – Menjelang sore, sekitar pukul 14.45 wita telah terjadi longsor di Tebing Kelurahan Mongkonai, Kecamatan Kotamobagu Barat, Kota Kotamobagu, hingga menutup jalur jalan trans Sulawesi yang menghubungkan dari dan menuju Kotamobagu – Manado pada Kamis 14 mei 2020.

Ditengah upaya petugas membuka jalan dengan mengunakan alat berat untuk mengangkat material longsor, diantara sela-sela bebatuan dan tanah ada hewan primata kecil yakni Tarsius.

Kondisi tebing yang lonsor hingga menutupi jalan trans sulawesi. Saat kendaraan alat berat membersihkan material longsor Tarsius ditemukan diantara reruntuhan. (Foto: Ainur Rofik)

“Stop, awas ada Tarsius,” ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat Bencana BPBD Kotamobagu, Thoib Mohama, kepada operator alat berat, kemudian langsung menangkap Tarsius untuk diselamatkan dari reruntuhan material longsor.

Meski Tarsius ditemukan berada di reruntuhan material longsor, beruntung kondisi Tarsius dalam keadaan baik, kemudian Tarsius tersebut langsung dilepaskan. “Hewan ini termasuk dilindungi jadi mesti dilepaskan kembali ke habitatnya,” ungkap Thoib.

Tarsius saat diselamatkan dari reruntuhan material longsor. (Foto: Ainur Rofik)

Saat dilepaskan hewan primata kecil itu langsung tampak gensit loncat dan berpindah dari ranting ke ranting pepohonan dan bergegas naik keatas. “Penemuan satwa ini luar biasa, ternyata di tebing perbukitan di wilayah Kotamobagu masih ada Tarsius yang merupakan termasuk hewan langka, jadi hewan ini harus dilindungi,” ungkapnya kepada FaktaBMR.com.

Dikutip dari laman website Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Tarsius Sulawesi dikenal juga nama lain Tarsius spectrum atau Tarsius tarsier.  Jenis-jenis tarsius termasuk kelompok primata (mamalia) terkecil di dunia. Tubuhnya mungil, rata-rata sebesar genggaman tangan orang dewasa, berambut tebal dengan warna coklat dengan variasi hitam dan coklat terang. Jenis-jenis Tarsius memilki ekor yang panjang, melebihi panjang tubuhnya sendiri dengan rambut ekor yang sedikit lebat di bagian sepertiga ujungnya. Mata Tarsius sangat besar dibandingkan dengan ukuran kepalanya.

Tarsius tampak gensit loncat dari ranting ke ranting pepohonan usai dilepaskan ke habitatnya. (Foto: Ainur Rofik)

Persebaran dan populasi

Tarsius spectrumgurksyae awalnya merupakan bagian dari Tarsius tarsier, namun jenis yang tersebar di semenanjung Minahasa sampai di perbatasan kawasan TN Bogani Nani Wartabone bagian barat, dijadikan jenis tersendiri. Secara umum, Tarsius cukup mudah dijumpai di dalam kawasan TN Bogani Nani Wartabone, hampir di semua area kawasan. Namun sampai saat ini belum ada perhitungan pasti jumlah populasinya. Walaupun dalam perkiraan IUCN (2000) dikatakan kecenderungan populasinya menurun.

Habitat dan Ekologi

Tarsius spectrumgurksyae hidup dalam kelompok kecil dalam satu keluarga, 2-6 ekor, mendiami hutan primer dan sekunder sampai ketinggian lebih dari 1.000 mdpl. Mereka juga kadangkala dapat dijumpai sampai ke area budidaya dan perkebunan masyarakat di sekitar hutan. Di dalam hutan, mereka mudah dijumpai di area dengan dominasi bambu dan rotan. Tarsius secara umum merupakan satwa yang aktif malam (nokturnal), beburu belalang dan serangga lain berukuran sedang atau besar, dan sangat aktif menjelang malam atau saat hampir pagi.

unsplash.com/Julian Paolo Dayag

Ancaman

Secara global, Tarsius spectrumgurksyae termasuk dalam kategori rentan (VU – Vulnarable). Mereka tidak umum diburu, namun kadangkala mereka tertangkap oleh masyarakat karena berada sangat dekat dengan di permukiman. Tidak ada laporan mereka ditangkap untuk satwa piaraan ataupun konsumsi. Karena banyak juga terdapat di tepi hutan maupun hutan sekunder yang kering, mereka sangat terancam apabila terjadi kebakaran lahan di sekitar hutan.

Upaya konservasi

Walaupun Tarsius spectrumgurksyae menyukai tempat yang sedikit terbuka karena kelimpahan serangga pakan, namun mereka tetap sangat tergantung dengan keberadaan hutan sebagai habitat utamanya. Keberadaan area konservasi seperti kawasan TN Bogani Nani Wartabone sangat penting bagi mereka. Selain itu, upaya-upaya pencegahan kebakaran di sekitar kawasan yang dapat merembet ke dalam hutan, sangat penting dalam upaya mempertahankan kelestarian mereka.

unsplash.com/Nick Kulyakhtin

Pelompat Jauh

Tarsius adalah hewan pemanjat sekaligus satwa pelompat jauh. Mayoritas hidupnya dihabiskan di atas pohon, dan mencari mangsa berupa serangga dengan cara meloncat dari satu pohon ke pohon lainnya. Jadi anda harus sigap mengantisipasi loncatan satwa berbakat ini.

Ukuran hewan ini hanya sekitar 10-15 cm, tapi itu hanya ukuran badan dan kepalanya saja. Sebab kaki Tarsius bisa sampai dua kali panjang badannya, itulah sebabnya dia jago melompat. Jari-jari kakinya membesar di bagian ujung, yang berguna saat dia menyergap mangsanya. Jari yang khas itu juga membuat Tarsius bisa menempel walau di ranting yang licin.

Dengan ekornya yang sangat panjang, sekitar 20 cm, dan matanya yang besar sekali serta bisa diputar 180 derajat menjadikan Tarsius hewan yang akan membuat anda penasaran untuk melihatnya.

Lambang Kesetiaan

Tarsius juga punya keunikan lain, yakni hanya akan keluar saat menjelang malam dan cuitannya saat memanggil anggota keluarganya untuk berburu makanan.

Biasanya, Tarsius jantan akan mengeluarkan suara lebih dulu untuk memanggil pasangannya. Jika pasangan ini sudah punya keluarga, anak-anak mereka juga akan membalas ciutan itu.

Tarsius adalah hewan yang tidak dapat hidup tanpa pasangan. Jika pasangannya mati, biasanya Tarsius yang ditinggalkan akan ikut mati. Sebab itu, Tarsius disebut sebagai salah satu mahluk hidup yang paling setia. Perlu diingat, Tarsius adalah hewan yang dilindungi. Jadi, cukup melihatnya di alam dan jangan coba-coba menangkapnya.

Penulis : Ainur Rofik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *