Nasional, FaktaBMR.com – Dilansir dari Detik.com, Beragam kabar liar menyebar di dunia maya soal virus Corona maupun hal-hal terkait seperti Wuhan Institute of Virology yang dicurigai beberapa pihak sebagai lokasi virus itu berawal. Bahkan dalam rumor terbaru, direktur institut tersebut dikabarkan membelot ke Amerika Serikat.
Shi Zhengli bukan perempuan biasa. Reputasinya mentereng di dunia sains, dia adalah virologis dan Direktur Center for Emerging Infectious Disease di Wuhan Institute of Virology. Maka cukup mengagetkan ketika di media sosial, khususnya di China, beredar info terkini bahwa dia melarikan diri.
Tak hanya itu, Zhengli disebut membawa ratusan dokumen rahasia bersamanya. Ia saat ini berusaha mengungsi di Kedutaan Besar AS di kota Paris. Apakah benar demikian kenyataannya?
“Tak peduli sesulit apapun sesuatu, membelot tidak akan pernah terjadi. Kami tidak melakukan kesalahan apapun. Dengan keyakinan penuh pada sains, kita akan melihat hari di mana awan lenyap dan Matahari bersinar,” tambahnya.
Zhengli memang jadi salah satu sorotan lantaran punya peran penting di laboratorium virus Wuhan tersebut. Dia sudah bertahun-tahun meneliti coronavirus di kelelawar dan menemukan asal virus SARS yang mewabah di China di 2002. Ia pun sering dijuluki sebagai ‘bat woman’.
Mengenai spekulasi apakah COVID-19 dibuat atau bocor dari institutnya, Zhengli juga telah mengeluarkan bantahan. Pada bulan Februari, dia sudah membantah teori tersebut dan berani menjamin dengan nyawanya, bahwa COVID-19 tidak berasal dari labnya.
Belakangan pemerintah Amerika Serikat mencurigai Wuhan Institute of Virology bisa jadi asal virus corona yang saat ini jadi pandemi. Bahkan presiden Donald Trump mengklaim punya buktinya walaupun dia mengaku tak dapat menunjukkanya.
“Saya sempat berpikir apakah ini dari laboratorium kami? Saya bertanya-tanya apa dinas kesehatan salah. Saya tidak pernah menyangka ini terjadi di Wuhan,” ujar perempuan berusia 55 tahun ini.
Shi dan tim terlibat mencari sumber penularan dan berlomba dengan waktu karena korban jiwa terus bertambah. Tim ilmuwan memakai teknis reaksi berantai polymerase untuk mendeteksi virus dengan memperkuat material genetiknya.
“Hasilnya tidak ada sekuens yang cocok dengan virus yang tim kami ambil dari kelelawar gua. Pikiran saya lega sekali, saya tidak tidur berhari-hari,” kata Shi menegaskan tidak ada kebocoran dari laboratoriumnya.
(Sumber : Detik.com)