16.500, Rupiah Anjlok Nyaris ke Level Krisis 1998

Nasional, FaktaBMR.com – Dilansir dari Investing.com, Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS USD/IDR. Hingga pukul 11.55 WIB mengutip data Investing.com Senin (23/03), rupiah anjlok 4,25% atau berkurang 675 poin di 16.575,0 per dolar AS.

Selangkah lagi, rupiah mengincar rekor terburuknya sepanjang masa yang sebelumnya dicetak pada bulan Juni 1998, yakni di level 16.950 per dolar AS dilansir Kontan Senin. Dengan posisi saat ini pun, rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di kawasan.

Sepanjang tahun ini tambah laporan, mata uang Garuda tersebut sudah anjlok 19,35%. Mengingat pada 31 Desember 2019 lalu, rupiah masih tenang di posisi Rp 13.866 per dolar AS. Sedangkan won Korea kini ada di level 1.277,57 atau turun 10,53% secara year to date (ytd) dan baht Thailand sepanjang tahun ini sudah ambles 10,10% ke level 32.995 per dolar AS.

Hingga saat ini, rupiah masih dalam tekanan dari penyebaran virus corona ungkap laporan. Jakarta, yang merupakan pusat perekonomian Indonesia, merasakan dampak paling besar. Di sisi lain, rupiah juga di hadang oleh defisit transaksi berjalan yang masih menghantui.

Mata uang Tanah Air berada di posisi terlemah secara intraday sejak Juni 1998 sebut CNBC Indonesia Senin, kala Indonesia bergelut dengan krisis ekonomi-sosial-politik yang membuat Orde Baru tumbang setelah nyaris 32 tahun berkuasa.

Dipertanyakan Kumparan Senin, lantas seberapa kuat sektor keuangan seperti perbankan di Indonesia menghadapi pelemahan mata uang rupiah? Apalagi menurut catatan Bank Indonesia (BI), total utang luar negeri sektor perbankan Tanah Air mencapai USD 35,196 miliar pada 2019.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melakukan uji ketahanan atau stress test pada perbankan. Stress test dilakukan pada tahun 2018. Salah satunya terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di level Rp 20.000. Hasilnya, industri perbankan masih kuat ketika diuji hingga kurs rupiah terhadap dolar AS di level Rp 20.000.

Selain itu, perbankan tersebut tetap menunjukkan permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang cukup kuat walaupun dilakukan dengan berbagai macam metodologi.

(Sumber : Investing.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *